Menu

Dark Mode
Liverpool Rebut Puncak Klasemen Usai TumbangkanArsenal “Jejak Pengabdian, Langkah yang Tak Pernah Berhenti” KIPP : Mendesak Presiden dan DPR Untuk Mengabulkan Tuntutan Rakyat Pernyataan Sikap PGI dan Seruan Penghentian Kekerasan dalam Penanganan Demonstrasi Ombudsman NTT Audiensi dengan Bupati Kupang, Bahas Pengawasan Layanan Publik dan Pungutan Uji Kendaraan OMBUDSMAN NTT MENEMUI BUPATI KUPANG

BUKAN ORANG BIASA

*Selamat Jalan Suster Eusthochia SSpS!*

badge-check

Dalam banyak hal Gereja Katholik identik dengan elemen patriarkat. Di dalam stereotype semacam itu lah Suster Eusthochia telah tumbuh menjadi batu marmer di dalam gereja maupun masyarakat untuk melindungi kaumnya yang teraniaya dan menderita. Tembok biara adalah tempat perlindungan terbaik yang Ia dan komunitasnya berikan selama sekian dekade.

Namanya harum hingga jauh. Menyebut namanya seolah sudah menjadi garansi integritas bahwa korban akan dilindungi dan hak mereka akan dipenuhi.

Jika pemerintah, aparat keamanan, bahkan pengadilan menjadi tempat permainan, maka pada Suster Eusthochia dan komunitasnya kata tetap lah kata yang didaraskan dalam doa untuk turut melepaskan beban yang menderita. Kata bukan untuk dipermainkan tetapi untuk dijalani dengan semua konsekuensi.

Jika mampir ke biara. Pertanyaannya singkat dan padat. Instrumen verifikasinya sederhana. Jika sudah dirasa cukup ia behenti dan katakan ‘baik’. Setelah itu semua seolah sudah siap dijalani, seperti doa yang ia biasa daraskan: “Terjadilah padaku menurut perkataanMu.”

Hampir dua dekade, sejak pulang kampung, nama Suster Eusthochia adalah nama yang tidak lepas dari jejaring para perempuan tangguh di Timur. Mereka bekerja, mereka berdaya, dan mereka hadir menolong kaumnya.
Ibarat bulir-bulir Rosario, Suster Eusthochia adalah titik perhentian peristiwa. Mengenangnya membuat kita merenung. Dalam sekian ketidaksempurnaan perjalanan manusia, manusia yang berdosa dan lemah pula yang berdiri membantu mereka yang lemah dan tak berdaya.

Dalam tubuh yang menua, tidak pernah ia merasa tua untuk bersuara. Turun ke jalan sekali pun tetap ia lakukan untuk mengingatkan mereka yang lupa pada kenyataan. Selamat jalan Suster Eusthochia, berdoa dengan mata terbuka tidak bisa dilakukan oleh semua orang, tetapi Suster adalah satu dari sedikit yang mampu itu. Epang gawang!

Kupang, 8 November 2021
D. Elcid Li
Anggota Forum Academia NTT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

“Jejak Pengabdian, Langkah yang Tak Pernah Berhenti”

31 August 2025 - 07:29 WITA

dr. Husein Pancratius Rukeng: Dokter Humoris, Pemimpin Bijaksana

26 August 2025 - 23:02 WITA

Trending on BUKAN ORANG BIASA