Menu

Dark Mode
Ketika Istana Negara Tenggelam Lolos Dramatis, Persekota Dapat Suntikan Semangat dari Serena Francis Perserond Akhiri Perjuangan di ETMC XXXIV dengan Kepala Tegak KIPP Indonesia Tetapkan Dewan Presidium Nasional dan Majelis Nasional Periode 2025-2030 AJI Desak Media Massa Tidak Diskriminatif terhadap Minoritas Gender dan Seksual di Lombok PSK Kabupaten Kupang Tundukkan Perserond Rote Ndao 2–0 di ETMC XXXIV Ende

PEMBACA MENULIS

Membedah Hasil Penelitian Harvard: *Efek Positif ke Gereja?*

badge-check
oleh :Albertus M. Patty
Di tengah kehidupan yang semakin penuh tekanan: krisis ekonomi, tantangan keluarga, kesehatan mental yang rentan, kita semua mencari cara agar tetap kuat dan bisa survive. Kita mencoba banyak hal: olahraga, vitamin, aplikasi kesehatan, obat penenang, dan bahkan konseling. Semua itu baik dan perlu.
Namun, sebuah penelitian dari Harvard memberikan temuan yang mengejutkan: kebiasaan sederhana yang mampu meningkatkan kebahagiaan, memperpanjang umur, dan menurunkan risiko depresi adalah: datang dan aktif di gereja.
*Hasil Penelitian Harvard*
Penelitian dari Harvard T.H. Chan School of Public Health menemukan bahwa mereka yang rutin menghadiri ibadah seminggu sekali atau lebih memiliki:
risiko kematian lebih rendah sekitar 25–35% dalam rentang 10–15 tahun
risiko lebih rendah terhadap perilaku merusak diri seperti alkohol berlebihan dan merokok
risiko depresi dan bunuh diri jauh lebih kecil
Lebih menarik lagi: manfaat ini tidak hanya karena bertemu orang lain. Dukungan sosial hanya menjelaskan sekitar seperempat dari seluruh efek positifnya. Ada sesuatu yang lebih dalam yang terjadi ketika kita beribadah, ketika kita memuji Tuhan bersama, berdoa bersama, dan menerima firman.
Tentu saja, penelitian Harvard ini mengasumsikan orang ke gereja yang ‘sehat’. Di gereja yang ‘sehat’ semua anggotanya saling menopang, relasinya akrab, ada pengampunan. Semua merasa diterima dan semua berbahagia. Suasana ‘fresh’ di gereja ini mengatasi dan menghalangi munculnya situasi toxic dimana orang saling menghakimi, saling bergosip, saling sikut, dan saling mendirikan komplotan yang memecah-belah persekutuan.
*Gereja: Rumah Pemulihan Hidup*
Gereja bukan sekadar tempat ibadah mingguan. Kita bertanggungjawab untuk membangun ekosistem gereja di mana: kita menemukan cinta, makna dan harapan. Kita mengalami kasih Tuhan yang menyembuhkan. Kita merasa tidak sendirian, serta kita dikuatkan, dibimbing dan dipeluk untuk melanjutkan hidup dengan iman, pengharapan dan kasih
Ibadah yang mungkin terasa “biasa” sesungguhnya sedang memperbarui tubuh, pikiran, dan roh kita. Gereja menolong kita menghadapi kekhawatiran, rasa lelah, dan pergumulan yang mungkin tak terlihat.
*Mari Pulang, Mari Bertumbuh*
Mungkin kita sempat menjauh dari ibadah. Mungkin tubuh hadir, tetapi hati terasa kosong. Mungkin kita rindu kembali terhubung dengan Tuhan dan saudara seiman.
Ini saat yang tepat untuk pulang.
Untuk kembali menjadikan ekosistem gereja yang sehat dan menjadikannya sebagai ritme hidup.
Melalui lingkungan yang saling menopang dan mengasihi, kita membiarkan Tuhan memulihkan kita melalui komunitasNya.
Jika ada kebiasaan sederhana yang membuat hidup lebih kuat, lebih sehat, lebih penuh harapan,
mengapa tidak kita lakukan?
Datanglah, duduklah, bernapaslah, dan biarkan Tuhan menyentuh hidup kita setiap minggu.
*Penutup*
Mari jadikan gereja sebagai rumah kesembuhan, bukan beban;
sumber kekuatan, bukan sekadar kewajiban. Karena setiap langkah menuju gereja, adalah langkah menuju hidup yang lebih utuh bersama Kristus.
Sampai jumpa di ibadah Minggu dan di aktifitas gereja lainnya! Anda dibutuhkan. Anda dikasihi. Anda tidak sendirian.
Bandung,
28 Okt. 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Ketika Istana Negara Tenggelam

12 December 2025 - 11:15 WITA

Trending Post PEMBACA MENULIS